KEMBALI TERTEKAN: Rupiah pada Rabu Pagi Melemah Tipis Jadi Rp16.692 per Dolar AS

KEMBALI TERTEKAN: Rupiah pada Rabu Pagi Melemah Tipis Jadi Rp16.692 per Dolar AS

JAKARTA, INITOGEL — Nilai tukar Rupiah dibuka melemah tipis terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu pagi (10/12/2025). Berdasarkan data Bloomberg, Rupiah tercatat berada di level Rp16.692 per Dolar AS, melemah sekitar [Simulasi: 0,03%] dibandingkan penutupan hari sebelumnya di level Rp16.687 per Dolar AS.

Pelemahan ini menunjukkan bahwa kekhawatiran terhadap ketidakpastian kebijakan moneter global, terutama dari Bank Sentral AS (The Fed), masih mendominasi sentimen pasar.


I. Sentimen Global yang Membebani Rupiah

Meskipun pelemahan Rupiah tergolong tipis, hal ini merefleksikan kehati-hatian investor dalam menanti data penting dari Amerika Serikat.

  • Menanti Data AS: Pasar global menantikan rilis data inflasi AS yang akan memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai kebijakan suku bunga The Fed. Ekspektasi bahwa The Fed mungkin mempertahankan suku bunga tinggi (higher for longer) masih menjadi faktor negatif bagi mata uang emerging market seperti Rupiah.

  • Pergerakan Dolar AS: Indeks Dolar AS (DXY) cenderung stabil atau menguat di sesi Asia, menekan nilai tukar Rupiah dan mata uang regional lainnya.

  • Arus Modal Asing: Arus modal asing cenderung wait and see dan belum masuk secara agresif ke pasar obligasi dan saham Indonesia, menahan potensi penguatan Rupiah.

II. Proyeksi dan Intervensi BI

Analis dari [Simulasi: Bahana Sekuritas], [Simulasi: Bayu Samudera], memperkirakan Rupiah akan bergerak dalam rentang yang ketat hari ini.

“Rupiah masih berada di bawah tekanan dari ketidakpastian global. Meskipun demikian, tekanan jual tidak terlalu kuat berkat intervensi aktif dari Bank Indonesia yang berupaya menjaga stabilitas nilai tukar agar tetap berada di bawah level psikologis Rp16.700,” ujar Bayu Samudera.

BI diperkirakan akan terus melakukan intervensi untuk meredam volatilitas dan memastikan pasar valuta asing domestik tetap berjalan stabil. Investor disarankan untuk memantau pergerakan harga komoditas global, yang juga memengaruhi kinerja ekspor dan neraca perdagangan Indonesia.